Cari Blog Ini

Rabu, 27 Januari 2021

Balada Tiap Bulan


Matahari sangat terik panas membara seperti emosi di dalam jiwa. Entah mengapa jika waktu haid tiba emosi saya sangat labil.


Seperti kemarin, bawaannya ingin marah terus. Hal yang lumrah menjadi luar biasa. Teriakan anak-anak, tawa anak-anak, celetukan suami yang sebenarnya biasa saja eh kok saat haid menjadi hal yang tidak terampuni.


Biasanya ya jika tidak sedang kedatangan tamu tiap bulan melihat piring kotor bertumpuk gak masalah. Ada tenaga dikerjakan kalo gak ada tenaga ya rebahan. Melihat lantai rumah yang berantakan juga demikian.


Kadangkala saya juga heran. Mengapa saya bisa kalah dengan hormon setiap bulan?


Apa perlu tiap bulan saya mager (malas gerak) agar kondisi dengan anak dan suami terkendali?


Mereka sebenarnya juga gak habis pikir makhluk perempuan ini kok yo sangat istimewa.


Terlalu keras salah, terlalu lembut salah dan bersikap di pertengahan itu melelahkan.


Contohnya begini "Aba aku bosan di rumah ini!"kataku.


"Iya umma bosan. Umma maunya apa?"Balasnya.


" Aku mau pulang".


"Pulang kemana? Kan rumah umma di sini".


"Pulang ke Lembar (salah satu kecamatan di Kabupaten Lombok Barat) sih".


" Oke, besok aba antar".


" Gak mau!!! Di sana gak ada kamar buat aku tidur".


"Lha terus mau umma apa?"


"Aku gak tau!!"


" Oke, aku keluar dulu ya".


" Gak boleh, aku mau aba di kamar".


Beberapa detik diam di kamar.


"Aba kok diam saja sih?"


" Lha aku mau ngomong apa?"


"Ya ngomong apa saja".


"Aku tuh bingung sama umma, minta A dikasih A gak mau minta B. Giliran dikasih B gak mau lagi balik minta A. Nanti di iyakan minta A ganti minta C".


"Udaaaaah! Stop! Aku gak mau dengar. Udah ah aba ngebosenin. Aba kalo mau keluar ya keluar aja . Aba gak asik.


***


Aaaaaahhhhh!!!!!! Jangankan suami atau anak-anak saya sendiri aja pusing dengan diri sendiri maunya apa?


Dan kejadian ini tiap bulan. Tiap bulan sudah dikomunikasikan, tiap bulan pula saya bikin rusuh.


Sudah belajar pengendalian emosi, komunikasi beh tapi tetap saja bisa kecolongan. Entah itu ngomel ataupun nyemil atau ngemie eh kok malah bahas makanan hahahaha.


Yang menjadi PR saya sekarang adalah bagaimana setiap bulan saya mampu mengendalikan hormon labil tiap bulan.


Caranya???


Rajin mencatat, apa saja yang membuat saya marah dan bagaimana pengendaliannya.


Berat sekali ya Allah.

Trancity Harmony Tempat Singgah yang Menyenangkan.


Memasuki kawasan Trancity saat bulan November setelah sebelumnya saya mengikuti foundation batch 9 dengan metode gamification.

Saya termasuk orang yang sulit untuk konsisten. Ikut berkumpul dengan para ibu pembelajar saya berharap konsistensi betah dalam diri.

Kamis, 21 Januari 2021

Banana Boat (Misi 2) : Ajang Diri untuk Menentukan Kompetensi yang Melahirkan Karya.


Hotel Bahagia di Trancity Harmony tepian pantai tempat kami singgah. Sempat kebingungan ya dengan aktivitas kota tempat kami transit ini, tempat saya menuntut ilmu untuk menentukan tujuan bahtera.

Celingak-celinguk. Bersapa dengan sesama wisatawan. Diskusi.

Alhamdulillah saya menemukan.

 Saya ingin fokus memberdayakan diri di dalam rumah. Rumah adalah tempat kami membangun peradaban madani DENGAN BERTANI.

Banyak sumber daya alam kita namun tidak maksimal dalam pengelolaan.

Dan saya menginginkan sebagai sebagai seorang istri, ibu , dan perempuan mengawali pemberdayaan melalui bertanam.

Yang sudah saya lakukan adalah mulai menanam sayur, buah, dan membuat komposter.

Memanen tanaman daluman untuk pembuatan cincau hijau.

Bunga ungu (gak tau namanya untuk memanjakan mata) dan tanaman jeruk purut.

Bibit asam manis, pemberian kawan kami makan buahnya dan tanam bijinya.

Memetik buah pepaya yang sudah matang dari pohonnya.

Mengambil lengkuas untuk memasak.

Foto lama saat kami panen sayur pakcoy.

*****

Semoga kami komitmen dan konsisten dengan program yang sudah kami ketok palu di awal tahun 2021.

Bersama IBU PROFESIONAL kami membangun mimpi dan membuatmu jadi nyata. BERDAYA DARI RUMAH.

Rabu, 20 Januari 2021

Perahu Kano (Misi 1) : Menentukan Jalan untuk ke Tujuan


Mentari sudah meninggi, awan-awan beriring tertiup angin. Segar kadang melenakan. Di pinggiran pantai sepasang kekasih berkomitmen untuk bertanya bersama mengarungi lautan. Naiklah sepasang kekasih ke dalam bahtera, satu menjadi pemimpin lainnya menjadi prajurit.
Bahtera pun berlayar namun sayang sepasang kekasih tak tau arah dan tujuan. Saat menaiki bahtera sepasang kekasih hanya tau mereka akan berkelas (saja) tanpa tahu bekal apa saja yang harus dibawa.

Layar sudah terkembang bahtera sudah berjalan, syukurnya sepasang kekasih ini sadar mereka harus punya tujuan agar perjalanan menyenangkan sejengkal demi sejengkal.

Menepilah bahtera di suatu tempat dimana sepasang kekasih ingin menyiapkan bekal bersama dan menentukan tujuan bersama.

***

Demikianlah metaforanya. Pernikahan laiknya bahtera jika tak punya bekal, arah, dan tujuan lambat laun bahtera akan karam di luasnya lautan kehidupan.

Mengikuti Matrikulasi Ibu Profesional adalah upaya saya sebagai seorang istri, ibu, dan perempuan untuk menyiapkan bekal dalam perjalanan mengarungi lautan kehidupan.

****
Saya mengenal Ibu Profesional sejak tahun 2013. Saat itu kuliah masih memakai platform WIZIQ.

Kurikulum bunda sayang dan bund cekatan saya ikuti. Membuat saya semakin tertarik dn bersemangat untuk bersungguh-sungguh di rumah.

Ibu Profesional seperti booster untuk saya yang dikaruniai 4 anak dengan jarak dekat.

Ibu Profesional membuat saya lebih percaya diri.