Cari Blog Ini

Senin, 16 Desember 2024

Mencipta Surga di Rumah

 

Sigerongan, dokpri


Baiti jannati  begitu hadis berbunyi, rumahku adalah surgaku. Dalam perjalanan 12 tahun menikah aku seperti tak henti-hentinya mencipta surga karena surga itu tak dating tiba-tiba. Bermacam gejolak konflik menghiasi. Aku teringat dulu saat awal menikah, aku masih satu dapur dengan keluarga besar suami. Sempat syok selain karena aku tak bisa memasak, aku tak suka keramaian. Sangat kontradiktif dengan keseharianku di luar rumah yang kata teman aku tuh orangnya rame banget.

Disebabkan dari kecil aku tak akrab dengan dapur maka ketika dewasa kacakapan memasakku nol besar. Setahun menikah aku tak pernah memasak. Ya, aku masih tinggal bersama mertua dan ipar-ipar. Kagok, kikuk, merasa begok itu yang aku rasa. Apa yang aku lakukan? Aku bagian mencuci piring, mengupas bumbu-bumbu dan sejenis itu.

Ketika ibu mertuaku meninggal usia pernikahan baru setahun. Aku benar-benar sedih karena kebodohanku dengan memasak, dengan ketololanku ketika masuk, dapur bagiku seperti Azkaban dalam serial Harry Potter. Penuh Dementor yang menghisap kebahagiaan. Awal-awal ditinggal oleh ibu mertua aku mencoba memasak. Memasak nasi. Apa yang terjadi? Nasi tidak matang karena aku salah teknis memasaknya. Dulu hape kuno, Cuma bisa telpon dan mengirim pesan. Aku tak bisa beryoutube ria. Beras yang seharusnya digenangi air seruas jari aku hanya beri air di bawah berasnya.

Memang aku tinggal di rumah yang berbeda dengan yang ditinggali ipar-ipar, akan tetapi dapur masih satu, kamar mandi jika air dalam bak mandi habis aku harus ke rumah ipar untuk menyalakan pompa air. Sekian lama aku jalani drama rumah tangga yang demikian, sampai akhirnya aku berkonflik dengan salah satu ipar. Aku marah besar. Aku bawa semua peralatan memasak yang aku beli. Aku tak peduli. Aku tak bawa kompor karena terlalu besar dan aku pun tak bisa buka gas. Alhamdulilah saat itu sudah beli panci elektronik. Jadi saat konflik panas terjadi aku masak pakai panci elektronik. Sungguh drama kehidupan rumahtangga. Setelah aku dan suami diskusi lebih tepatnya negosiasi, aku sangat bersyukur akhirnya aku dibuatkan dapur oleh suami. Dapur itu menjadi ruang kerjaku.

Satu tantanganku sudah terurai, tinggal tantangan yang lain salah satunya adalah punya pompa air sendiri supaya aku tak perlu ke rumah yang ditinggali ipar untuk menyalakan air.

Semoga Allah meridhai.`­