Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 Agustus 2020

Review Buku " Bukan Emak Biasa" Refleksi psikologis pengasuhan anak.


πŸ“š Judul: BUKAN EMAK BIASA
✒️ Penulis: FITRI ARIYANTI ABIDIN
πŸ–¨️ Penerbit: PT. KABA MEDIA INTERNUSA
πŸ“† Tahun: 2017
πŸ“– Tebal: 240 HALAMAN
πŸ§•πŸ»Reviewer: SRI MUTIARA

Kecintaan, kerendahan hati, kejujuran dan keinginan berbagi sangat mewarnai buku ini.

Buku yang ditulis dengan penghayatan dan cinta dari seorang ibu.

Peran dan penghayatan yang disertai dengan ilmu psikologi sesuatu dengan latar belakang pendidikan beliau.

Dalam buku ini menyajikan solusi, pendapat yang santun dari berbagai topik yang biasa dijadikan "mom war".

Pendapat beliau yang menjelaskan bahwa antara ibu bekerja dan ibu rumahtangga itu bukanlah stratifikasi tapi diferensiasi semua mempunyai resiko dan konsekuensi.
Dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Bahwa keluarga itu bukan alasan untuk kita sebagai pribadi yang tidak produktif.

Tema-tema yang tak lekang dari kondisi dunia ibu-ibu saya rasa, seperti cinta tak bersyarat, kepaksa dasar pengasuhan anak, dinamika perkembangan anak, menghadapi persoalan anak kontemporer serta berkenalan dengan para partner ibu, siapa sajakah itu? Saya rasa sangat menarik untuk kita ketahui.

Yang sangat berkesan dalam buku ini bagaimana beliau menjelaskan bagaimana menghadapi tingkah polah anak-anak yang sangat komplit. Mulai dari kesedihan, kegembiraan, ketakutan, kesulitan bahkan kelucuan-kelucuan khas anak-anak.

Tak melulu teori yang hanya berakhir sebagai teori saja, namun teori yang benar-benar bermanfaat bagi kehidupan pengasuhan anak-anak.



Sabtu, 08 Agustus 2020

Review Buku "Anak Bertanya, Anda Kelabakan"


πŸ“š Judul: ANAK BERTANYA, ANDA KELABAKAN
✒️ Penulis: LAYLA TM
πŸ–¨️ Penerbit: AQWAM
πŸ“† Tahun: 2009
πŸ“– Tebal: 136 HALAMAN
πŸ§•πŸ»Reviewer: SRI MUTIARA

Saya teringat suatu tips dari praktisi parenting, beliau berkata untuk memperkuat bonding ke anak bisa dilakukan 3 hal. Banyak ngobrol bareng, banyak aktivitas bareng dan banyak main bareng.

Ngobrol bareng anak, sepanjang jadi orangtua pasti ada pertanyaan yang membuat membuat dahi mengkerut.

Salah satunya pertanyaan anak saya yang nomer 2 tentang ibadah, mengapa harus shalat, mengapa kita harus percaya kepada nabi Muhammad yang gak pernah ketemu, kenapa shalat subuh 2 rakaat gak 4 atau 3 rakaat, kenapa rakaat gak disamakan saja.

Kenapa, kenapa, kenapa.
Mengapa, mengapa, mengapa.

Satu hal yang patut kita syukuri ketika anak-anak aktif bertanya adalah kita tahu berarti otaknya sedang berpikir.

Buku ini secara konten sangat membantu orangtua menjawab pertanyaan terkait spiritualitas berdasar dalil.

Hanya saja saya gak cocok dengan lay outnya, gak menarik.

Disediakan contoh pertanyaan dan jawaban pada sub "bekal orangtua".

3⭐/5⭐

Selasa, 04 Agustus 2020

Review Buku "Tuntas Kemandirian"

πŸ“š Judul: *Tuntas Kemandirian*
✒️ Penulis: *Ani Christina*
πŸ–¨️ Penerbit: Fillapress
πŸ“† Tahun: 2019
πŸ“– Tebal: 122 halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: *Sri Mutiara*

Apa sih peran orangtua terhadap anak?
Apakah anak-anak selamanya bersama kita?

Tentu tidak.

Lalu bekal apa yang kita beri ke anak untuk menghadapi masa dimana kita sebagai orangtua tidak lagi bersama.

Kemandirian.

Iya kemandirian. Buat saya setelah membaca buku ini, merasakan betapa susahnya punya anak yang tidak mandiri. Dampaknya bisa sistemik.

Kemandirian adalah fondasi karakter. Anak yang mandiri biasanya lebih percaya diri.

Anak yang mandiri selain memberikan kemudahan untuk kita orangtuanya, juga memberikan kemudahan kepada pasangan hidupnya. 

Apa jadinya jika kita hidup bersama anak kecil dengan tubuh dewasa? Pastinya sangat melelahkan.

Anak yang mandiri mampu memilah, memilih dan mengambil keputusan beserta konsekuensinya.

Tentu tidak mudah membuat anak mandiri, tapi bisa.

Dimulai dari bayi, anak-anak, pra baligh dan pasca baligh. Orangtua wajib tahu tahapan perkembangan anak.

Mendidik anak mandiri repot di awal tapi mudah dikemudian hari, namun jika sebagai orangtua memilih melayani anak dan mengabaikan mendidik kemandirian bukannya mudah di awal tapi repot dikemudian hari tapi, akan merepotkan di sepanjang masa.

Yuk, semangat mendidik anak untuk mandiri.

Senin, 27 Juli 2020

Review Buku " Renungan Dahsyat untuk Orangtua" Karya Abah Ihsan


πŸ“š Judul: Renungan Dahsyat untuk Orangtua
✒️ Penulis: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
πŸ–¨️ Penerbit: Khazanah Intelektual
πŸ“† Tahun: cetakan ke tiga 2015
πŸ“– Tebal: 148 halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutiara

Diawali dengan pertanyaan 
yang menggelitik " mengapa kita ingin punya anak?"

Sebagian besar masyarakat, orang yang sudah menikah sangat wajar memiliki anak.

Kembali ke pertanyaan tadi " mengapa kita ingin punya anak?"

Ingat, yang menginginkan anak kita (orangtua), tapi mengapa pula jaman sekarang ini setelah punya anak, mereka tidak diurus?

Dititipkan sana sini, ke kakek-neneknya, ke baby sitter atau ke day care.

Mengapa setelah punya anak, kita (orangtua) justru tidak punya waktu untuk membersamai anak-anak.

Ingat, anak-anak bukan sekedar darah dan daging yang butuh nutrisi saja. Tapi mereka juga punya jiwa yang butuh kasih, sayang dan cinta dari orangtua.

Membaca buku ini, saya benar-benar merenung. Sesuai judulnya yaitu renungan. Bacalah buku ini dengan pelan-pelan dan tolong jangan baper duluan.

Buku ini membahas tema pengasuhan orangtua secara ideal, secara normatif. Jadi, tolong jangan merasa dihakimi, dikotomi atau apalah yang meningkatkan sensitivitas.

Mengapa saya bilang demikian?
Karena dalam buku ini dominan membahas tentang orangtua yang keduanya bekerja sehingga tak punya waktu untuk anak-anaknya.

Seperti buku yang sudah saya review kemarin di http://penarumahsanak.blogspot.com/2020/07/review-buku-8-pilar-ketahanan-keluarga.html
Bahwa pernikahan itu elemen penting dalam ketahanan bangsa. Seharusnya ada lembaga resmi pemerintah yang mengeluarkan izinnya layak SIM (surat izin menikah). Ada tanggung jawab dalam pernikahan, mendidik anak salah satunya.

Membaca buku ini sukses membuat saya merenung, apakah saya sudah menjadi "orangtua betulan"? Atau hanya kebetulan saja jadi orangtua?

Yuuk merenung

Sabtu, 25 Juli 2020

Review Buku "8 Pilar Ketahanan Keluarga" Karya Cahyadi Takariawan


πŸ“š Judul: 8 Pilar Ketahanan Keluarga
✒️ Penulis: Cahyadi Takariawan
πŸ–¨️ Penerbit: Wonderful Publishing
πŸ“† Tahun: 2018
πŸ“– Tebal: 122 halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutiara

Keluarga adalah elemen terkecil dalam sebuah masyarakat. Ketahanan bangsa bisa dilihat dari ketahanan keluarga sebagai garda terdepan pencetak generasi masa depan.

Menurut data BPS pada tahun 2015 angka perceraian di Indonesia adalah 347.256 yang artinya terjadi 40 perceraian setiap jam.

Begitu pentingnya peran keluarga dalam pembangunan masyarakat dan negara, maka penulis berharap dengan adanya buku ini para keluarga di Indonesia lebih kuat. Tak mudah mengalami kerentanan dan kerapuhan.

Melihat fakta menurut data dan realita yang dihadapi saya sangat tertarik untuk membaca buku ini. Mengingat pada masa lampau keluarga inti pernah bercerai dan meninggalkan luka dalam diri. 
Orangtua yang bercerai, saudara yang berpencar, jiwa-jiwa yang kosong karena kurang kasih dan sayang. Membaca judulnya, memacu untuk segera menuntaskan isinya.

Buku ini ilustrasinya hitam putih, maklum saya mendapatkan dengan harga 30.000 namun isinya daging semua. Saya beri bintang 4 dari skala 1 sampe 5.

Bahwa pernikahan tak melulu tentang cinta, rupa yang fotogenik atau yang paling mendasar legitimasi hubungan biologis. Pernikahan mengandung kata yang lebih kompleks bersatu menjadi kata tanggung jawab.

Bahwa pernikahan, laksana kendaraan yang punya tujuan bayangkan jika kendaraan tidak punya tujuan, ia akan kehabisan bensin dan berhenti tanpa tahu ia sedang berada dimana.

Bahwa pernikahan, laksana badan yang bisa saja sakit dan butuh penyembuhan.

Bahwa pernikahan, adalah dasar dari pembangunan negara dan bangsa.

Saking sakralnya pernikahan, perlu mempertimbangkan alasan untuk melakukannya.
Jangan menikah karena suruhan orang,
Jangan menikah karena usia sudah matang,
Jangan menikah hanya karena rupa,
Jangan menikah jika kamu belum mempersiapkannya.

Menikahlah, jika kamu sudah mempersiapkan ilmunya. Putuskan menikah karena ilmu.
ilmu itu menguatkan.

" Pernikahan adalah sarana bukan tujuan, tetapkan tujuanmu dan kau bisa menggunakan sarana apapun". _ Sri Mutiara _