Cari Blog Ini

Senin, 20 Januari 2025

Buku Membaca Nyaring



Apa yang terpikirkan oleh orangtua ketika mempunyai bayi?

Kebanyakan dari orangtua apalagi yang mempunyai bayi pertama fokus terhadap berat badan anak karena hal itu terlihat oleh mata. Tapi bagaimana dengan kemampuan berpikir anak alias perkembangan otak anak? Sebagian besar dari orangtua lupa bahwa otak pun perlu penambahan berat.

Bagaimana caranya?

Ibu Roosie Setiawan menjelaskannya di buku “Membacakan Nyaring” ini. Terinspirasi dari bukunya Jim Trelease Bu Roosie menjelaskan beberapa fase stimulasi literasi kepada bayi lewat membaca nyaring.

Fase-fase tersebut adalah pertama, fase mendengar.

Ke dua, fase mengamati.

Ke tiga, fase bergumam.

Ke empat, fase berceloteh.

Ke lima, fase membuat kata.

Ke enam, fase membuat kalimat.

Sebelum anak-anak kita masuk pada fase sekolah dasar yang sudah memasuki teknis belajar membaca di buku ini dijelaskan anak harus dirangsang dengan stimulasi pra membaca yaitu ngobrol, bernyanyi, dan membaca nyaring.

****

Membaca buku ini saya merasa flashback dimasa anak-anak ketika bayi, saya mempunyai bayi pertama di tahun 2013 sedang buku ini terbit tahun 2017. Alhamdulillah sejak hamil saya sudah membacakan buku ke anak-anak. Hanya saja saat itu semua buku saya bacakan. Sedangkan di buku ini dijelaskan tiap fase anak beda juga jenis buku yang digunakan. Tapi tak mengapa buku ini masih sangat relevan untuk saya karena saya seorang kader posyandu yang tugasnya mendampingi ibu-ibu yang mempunyai bayi. Saya bisa menjelaskan apa saja manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan membacakan nyaring kepada bayi mulai dari manfaatneurologis, pedagogis, sampai sosiologis.

Dengan gaya Bahasa yang mudah dipahami buku ini sangat direkomendasikan bagi orangtua, calon orangtua bahkan semua orang dewasa.


 

Kamis, 16 Januari 2025

Memaksimalkan Peran Orangtua untuk Mendampingi Proses Pendidikan Anak

 

Konon menjadi orangtua itu tidak ada buku panduannya. Setelah melakukan proses pernikahan orang menganggap sudah bisa menjadi orangtua, semuanya serba otomatis padahal dalm kenyataannya tidak. Ada banyak orangtua yang merasa kebingungan, keresahan, kecemasan, kekhawatiran berlebih jika menemukan kondisi anak yang tidak sesuai yang diharapkan khusunya dalam hal Pendidikan.

Buku Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggu Anak ini mencoba memberikan beberapa arahan bagi para orangtua agar tidak panik, lebih peka terhadap anak. Buku dibuka dengan sebuah surat dari seorang anak bernama Joe yang berterimakasih kepada Ayah Edy karena sejak orangtuanya berkonsultasi kepada Ayah Edy dirinya tidak dianggap aneh, ia merasa diterima.

Secara garis besar buku ini ingin bercerita tentang pentinngnya pemetaan. Pada dasarnya Allah tidak pernah menciptakan produk gagal. Anak-anak hadir ke dunia sudah dibekali oleh potensi-potensi, ibarat smartphone anak-anak sudah dibekali aplikasi setelan pabrik tinggal diaktivasi. Nah pertanyaannya apakah orangtua bisa mengaktivasinya?

Bagian tentang aktivasi ini dijelaskan di bab ke tiga yang berjudul 5 Langkah Pemetaan Potensi. Ayah Edy bilang “ada kunci sukses orang gagal dan kunci sukses orang sukses”. Eh gimana-gimana? Ternyata semua memang ada polanya. Resep Sukses orang gagal itu MMMH (money, money, money,happy) sedang resep sukses orang sukses itu HTEM (happiness, totality, expertise,money) bagaimana penjelasannya? Kayaknya lebih seru langsung baca bukunya.

Buku ini ditutup dengan 17 pertanyaan dari para orangtua untuk Ayah Edy di platform media social milik Ayah Edy dan 5 cerita inspiratif dari para orangtua yang anaknya dicoaching oleh Ayah Edy.

*****

Jika saya membaca kisah inspiratif yang dituliskan di buku ini sepertinya dari keluarga menengah ke atas hehehe ya kan secara bisa mengadakan budget konsultasi hehehe dan rata-rata untuk mempertajam potensi diri mereka di sekolahkan di luar negeri. Saya sempat mengernyitkan dahi, bagaimana dengan keluarga menengah ke bawah????

Ayah Edy menjelaskannya pula dengan detail dalam buku ini yang intinya ada kemauan dari orangtua untuk mendampingi anak-anak menemukan versi terbaik mereka.

 


 

Senin, 16 Desember 2024

Mencipta Surga di Rumah

 

Sigerongan, dokpri


Baiti jannati  begitu hadis berbunyi, rumahku adalah surgaku. Dalam perjalanan 12 tahun menikah aku seperti tak henti-hentinya mencipta surga karena surga itu tak dating tiba-tiba. Bermacam gejolak konflik menghiasi. Aku teringat dulu saat awal menikah, aku masih satu dapur dengan keluarga besar suami. Sempat syok selain karena aku tak bisa memasak, aku tak suka keramaian. Sangat kontradiktif dengan keseharianku di luar rumah yang kata teman aku tuh orangnya rame banget.

Disebabkan dari kecil aku tak akrab dengan dapur maka ketika dewasa kacakapan memasakku nol besar. Setahun menikah aku tak pernah memasak. Ya, aku masih tinggal bersama mertua dan ipar-ipar. Kagok, kikuk, merasa begok itu yang aku rasa. Apa yang aku lakukan? Aku bagian mencuci piring, mengupas bumbu-bumbu dan sejenis itu.

Ketika ibu mertuaku meninggal usia pernikahan baru setahun. Aku benar-benar sedih karena kebodohanku dengan memasak, dengan ketololanku ketika masuk, dapur bagiku seperti Azkaban dalam serial Harry Potter. Penuh Dementor yang menghisap kebahagiaan. Awal-awal ditinggal oleh ibu mertua aku mencoba memasak. Memasak nasi. Apa yang terjadi? Nasi tidak matang karena aku salah teknis memasaknya. Dulu hape kuno, Cuma bisa telpon dan mengirim pesan. Aku tak bisa beryoutube ria. Beras yang seharusnya digenangi air seruas jari aku hanya beri air di bawah berasnya.

Memang aku tinggal di rumah yang berbeda dengan yang ditinggali ipar-ipar, akan tetapi dapur masih satu, kamar mandi jika air dalam bak mandi habis aku harus ke rumah ipar untuk menyalakan pompa air. Sekian lama aku jalani drama rumah tangga yang demikian, sampai akhirnya aku berkonflik dengan salah satu ipar. Aku marah besar. Aku bawa semua peralatan memasak yang aku beli. Aku tak peduli. Aku tak bawa kompor karena terlalu besar dan aku pun tak bisa buka gas. Alhamdulilah saat itu sudah beli panci elektronik. Jadi saat konflik panas terjadi aku masak pakai panci elektronik. Sungguh drama kehidupan rumahtangga. Setelah aku dan suami diskusi lebih tepatnya negosiasi, aku sangat bersyukur akhirnya aku dibuatkan dapur oleh suami. Dapur itu menjadi ruang kerjaku.

Satu tantanganku sudah terurai, tinggal tantangan yang lain salah satunya adalah punya pompa air sendiri supaya aku tak perlu ke rumah yang ditinggali ipar untuk menyalakan air.

Semoga Allah meridhai.`­