Cari Blog Ini

Kamis, 24 September 2020

Bedah Buku Raising Reader in Digital Era

Pernahkah berpikir Mak?

Dulu, saat kita jadi anak kecil rasanya orangtua sangat mudah mendidik anak-anaknya. Dibentakin, dipukul, dipelototin tetep aja pulang ke rumah.

Sekarang???
Boro-boro. Suara orangtua rada seriosa aja, anak udah main kabur aja sama teman facebooknya.

Dulu, anak-anak main di rumah tetangga seharian, nangkepin kepiting, ikan kalo rumahnya dekat sungai pulangnya magrib orangtua enjoy aja, orang sekampung jagain anak-anak.

Sekarang???

Boro-boro. Anak main di rumah tetangga hati was-was termakan berita kriminal. Anak cewek diperkosa yang cowok disodomi. Belum lagi ancaman predator pedofil. Widiiiiiii, Makmut pengen ngekep anak di rumah aja gak boleh keluar. 

Apa itu solusi?

Oh tentu bukan.

Bedah buku tadi malam mengingatkan saya tentang salah satu kajian pengasuhan mengapa anak-anak jaman 70an lebih tangguh daripada generasi millenial. 

Alasannya, dulu itu generasi cembung mak kalau boleh saya memberikan istilah.
Mengapa generasi cembung? Karena rival orangtua cuma TVRI. Anak tahun 80an saingan orangtua paling cuma RCTI sama SCTV udah itu aja.

Lha sekarang?
Siapa saingan mamak sama aba dalam berebut pengaruh ke anak??

Banyak mak lebih tepatnya sangat banyak. Ada facebook, instagram, tik tok, youtube, webteen, line, sama apa itu aplikasi jodoh-jodohan  gak tau saya. Ini menurut pengetahuan Makmut ya yang gak Makmut tau mah buanyak hehehe. Zaman digital, zaman serba instan, serba mudah. Menginginkan sesuatu hanya dengan gerakan jempol.

Apa pengaruhnya terhadap anak-anak kita?

Banyak mak (lagi) wkwkwk.
Era digital yang sangat memudahkan kita dalam beraktivitas ini mempengaruhi motorik anak baik itu motorik kasar maupun halus, fisik, neurologi, kognitif, moral, bahasa, sosial dan identifikasi gender.

Contohnya contohnya makmut?

Lha gimana gak berpengaruh mak dulu jaman kita kecil mewarnai gambar pake pensil warna, krayon, spidol, cat air, cat minyak. Goresnya pake tekanan.

Sedang anak jaman now? Tinggal geser telunjuk makgeeess Hahha .

Main bolanya anak jaman dulu keluar keringat mak, lari-lari, menendang bola.

Sekarang?
Main bola cukup pak jempol kanan dan jempol kiri. Wuuuaaaa makmut pengen teriaaaak.

Contoh yang lain masih banyak lain kali sharing lagi ye mak (muach)

*****
Era digital seperti pisau bermata dua. Jadi harus menggunakannya dengan bijaksana.

Nah, bagaimana persiapan kita sebagai orangtua???

Sudahkah kita  mempersiapkan 
✅mental.
✅cara menggunakan Internet dengan baik alias adab dalam berselancar di dunia maya.
✅ perangkatnya, gadget, wifi, paket data.

Kalau belum? Ayo disiapkan.

Berikutnya, memahami karakter anak generasi digital. Biar otak kita gak umup mak wkwkwk.
Apa saja itu?

✅Ambisi besar
❤️Cenderung praktis dan instan
✅Cinta kebebasan
✅Percaya diri
✅Cenderung detail
❤️Ingin diakui

Setelah kita tahu karakteristik anak generasi digital kita mau tau kan sampai dimana persiapan kita sebagai orangtua untuk membersamainya.

Untuk mengetahui sampai dimana titik kita menyiapkan, kita sebagai orangtua kudu tau karakteristik pola pengasuhan kita.

Bagaimana cara mengetahuinya?

Coba pilih statement  ini mak ya, jawab yang jujur wkwkkw.

1. saya Sering sekali mengatakan tidak pada anak saya
2. Saya suka memberikan hadiah dan mainan sama anak, daripada mereka rewel
3. Saya bahkan tidak tau apa yang dilakukan oleh anak saya, bagaimana karakternya pun saya tidak tau
4. Saya memberikan apa yang mereka mau setelah mereka melakukan tugasnya dengan baik.

Nanti jawaban dari statement yang emak pilih saya taruh di komentar.

*****

Setelah emak pilih salah statement mak tau pola asuh yang emak terapkan selama ini.

Setelah itu baru bisa dievaluasi efektif atau tidak?

Jika berjalan efektif mari dilanjutkan dan tetap diupgrade keilmuannya. Jika belum ayok kita mulai belajar pengasuhan efektif sesuai kebutuhan.

InsyaAllah belajar pengasuhan gak membuat kita overwhelmed alias masih kesusahan, keteteran, kebingungan, galau, terbebani menghadapi masalah anak.

Oke mamak ketjeh 😘 Demikian sharing bedah buku yang bisa makmut ambil hikmah.

Jangan lupa tetap belajar, belajar dulu, belajar lagi, belajar terus πŸ˜€

#CarengRu
#BacaBarengLebihSeru
#CarengRuBatch7

Jumat, 18 September 2020

Pelecing Lombok yang Menggugah Selera


Di bumi seribu masjid walaupun matahari sedang bersinar dengan teriknya kau tak akan kepanasan. Saat itu saya sedang mendaftar sekolah tingkat menengah umum. Sepanjang perjalanan dari rumah ke calon sekolah, Lombok membuat mata terpesona karena di sebelah kanan dan kirinya berjejer bukit hijau dan sawah nan cantik.

Saat awal-awal sekolah di Lombok, banyak kata unik yang saya dapat. Salah satunya adalah  kata Lalu dan Baiq yang teryata adalah gelar keturunan bangsawan Lombok. Kemudian untuk makanan yang pertama kali saya coba adalah pelecing.

Makanan sederhana tapi sangat enak. Bahannya hanya kangkung, cabe, tomat, terasi, garam. Kalau versi lengkap bisa ditambahkan kacang hijau dan parutan kelapa. Semua bumbunya diuleg mentah. Berhubung saya tidak suka pedas maka cabenya cukup 1 saja.

Dulu awal di lombok sekitar tahun 2004 pelecing bisa dibeli dengan harga seribu rupiah sekarang yang paling murah 3000 rupiah. Ini kalau saya malas masak hehehhe.

Belajar Komunikasi Efektif dari Film "The Lion King"


Pernahkah kita merasa, bahwa ketika berbicara kepada obrolan menguap? 
Rasanya anak iya-iya saja namun tidak dilakukan, kita harus mengulanginya berkali-kali.

Pernahkah kita memikirkan ketika telah tiada apa yang menjadi bekal untuk anak-anak?
Bekal yang membuat ia tetap tegar menghadapi zaman, bekal yang sanggup membuatnya bangkit ketika jatuh, bekal yang membuat ia rendah hati ketika berada di puncak yang tinggi.

Bekal itu adalah sebagai orangtua kita membimbing ia menemukan dirinya bukan miniatur ayah atau ibunya.

*****
Komunikasi adalah proses pelampiasan pesan. Komunikasi dikatakan sukses jika pesan sampai dan diterima dengan benar sehingga bersifat produktif.

****
Apa yang menarik dari film ini adalah car berkomunikasi antara anak singa yang bernama Simba dan ayahnya Mufasa.

Adegan yang menarik bagi saya adalah ketika Simba melakukan kesalahan yaitu memasuki wilayah para hiena. Mufasa bukannya marah-marah tapi hanya memberikan beberapa kalimat singkat. 

***
Pentingnya memiliki kemampuan berbahasa karena itu sangat berpengaruh kepada pola pikir anak-anak.

Change the world change you words.

Selasa, 15 September 2020

Review Buku "25 Sahabat Rasul"


πŸ“š Judul: 25 Sahabat Rasul
✒️ Penulis: Ridwan Abqari
πŸ–¨️ Penerbit: DAR Mizan!
πŸ“† Tahun: 2017
πŸ“– Tebal: 107 halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutiara


Dari jaman sekolah saya paling suka buku yang ditulis berima. Karena satu bait hanya terdiri 4 baris sehingga mudah diingat.

Buku 25 Sahabat Rasul menceritakan kisah para sahabat secara singkat dengan penulisan berima.

Saya rekomendasikan buku ini untuk dibacakan secara nyaring oleh para ibu hamil kepada janinnya yang berusia 4/5 bulan karena sistem pendengaran sudah berkembang. Selain untuk koleksi kosakata baik pula untuk memperkuat fitrah keimanannya.

Dari skala 10, 7 bintang untuk buku ini.

Senin, 14 September 2020

Review Buku ; Parenting with Heart

πŸ“š Judul: Parenting with Heart
✒️ Penulis: Elia Daryati & Anna Farida
πŸ–¨️ Penerbit: KAIFA
πŸ“† Tahun: 2014
πŸ“– Tebal: 190 Halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutiara

Tak lelah saya membaca buku-buku tentang pengasuhan. Menjadi orangtua adalah salah satu kecakapan hidup yang tidak bisa datang secara otomatis ketika kita menikah lalu mempunyai anak.

Laiknya pemain bola yang membutuhkan kecakapan khusus, ilmu khusus begitu pula dengan menjadi orangtua.

Jika kita abai dalam hal ini maka bersiap-siaplah untuk menghadapi realita yang akan membuat terkaget. Merasa sudah sepenuhnya berupaya mendidik ternyata perilaku kita justru merusak anak.

Buku yang membahas konsep diri anak, fitrah ayah dan ibu, hal-hal yang dianggap tabu dibicarakan kepada anak tentang sex misalnya serta bagaimana pola komunikasi orangtua kepada anaknya yang menginjak remaja.

Saya sangat suka membaca buku-buku pengusaha dengan gaya tulisan orang ke dua. Memaparkan bagaimana anak-anak yang dianggap bermasalah oleh orangtua mereka di dalam ruangan konseling penulisnya.

Jika boleh kita jujur, ketika anak-anak sedang bermasalah  sejatinya orantuanyalah yang punya masalah.

Dari skala 10 saya memberikan 8 bintang untuk buku ini. Gaya bahasanya ringan, spasi tulisan agak renggang jadi mata yang membaca gak ruwet. Buku ini sangat saya rekomendasikan bagi para orangtua yang bersemangat belajar ilmu pengasuhan dan memutar dosa-dosa pengusaha di masa lampau.

Kamis, 10 September 2020

Obat Stress Murah, Sayang Jika Dilewatkan

Manusia jika masih tinggal di bumi pasti akan mengalami stres. Siapa sih yang tidak mengalami stres? Stres atau tekanan akan selalu membayangi manusia. Jika pengelolaan stresnya bagus, maka ia akan menjadi pribadi yang tangguh. Namun, jika pengelolaan hormon kortisolnya rendah bukan ketangguhan yang didapat malah kerapuhan. Nah, kerapuhan pribadi ini menurut pakar ilmu psikologi memicu penyakit. Ada yang mudah sakit kepala, sakit perut, flu berkepanjangan bahkan penyakit maag/asam lambung naik pemicunya adalah stres.

Apa sih stres itu?
Stres adalah kondisi dimana kita merasa tertekan, karena ada tekanan maka dibutuhkan suatu ruang untuk mengalirkan tekanan tersebut. Jika tekanan ini tidak segara mendapat ruang untuk aliran maka dampaknya akan sangat fatal. Seperti bom yang hanya membutuhkan waktu untuk meledakkannya.

Bagaimana sih membuat ruang kosong untuk mengalirkan tekanan tersebut?
Nah, ini perlu waktu untuk merenung dan menanalisa diri.
Ada yang kalau stress dia jalan-jalan, makan-makan, melihat ombak, melihat gunung atau yang paling mudah bisa dengan cara menulis.
Menulislah, karena menulis adalah pekerjaan untuk keabadian.

Manfaat menulis selain untuk membuat aliran rasa juga bisa mengenang masa-masa senang dan masa-masa sulit. Bisa dijadikan referensi kita untuk menghadapi masalah dengan tema yang sama. Menulis itu mudah dan mulailah. Mudah seperti kita menuliskan status-status dimedia sosial. Mulailah berkomitmen untuk menulis kemudian konsisten, semoga dengan menulis ini kita menjadi pribadi yang lebih baik.

Selasa, 25 Agustus 2020

Review Buku " 41 Fabel Penuntun Perilaku Anak Muslim".


πŸ“š Judul: 41 Fabel Penuntun Perilaku Anak Muslim
✒️ Penulis: Widya Ross & Graceana
πŸ–¨️ Penerbit: Alex Media Komputindo
πŸ“† Tahun: (tahun gak ditulis) ISBN 9786020248257
πŸ“– Tebal: 103 halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutiara

Menurut penelitian di Indonesia pada 2018, fabel menjadi dongeng favorit anak-anak di Indonesia. Mengapa begitu?

Sebab, di dalam dongeng itu, hewan dibuat seperti manusia yang bisa berbicara, berjalan, dan melakukan kegiatan lainnya.

Hewan yang diumpamakan sebagai manusia ini membuat cerita jadi lebih menarik lagi.

Selain itu, tokoh-tokoh hewan ini bisa membuat kita mengembangkan imajinasi, apalagi jika hewan-hewan itu berada di sekitar kita.

Mengapa Anak-Anak Suka Cerita tentang Hewan?

Hal paling utama yang menjadi alasan anak-anak suka dongeng fabel adalah karena sejak kecil bayi sudah tertarik dengan hewan.

Penelitian mengatakan bahwa bayi tertarik pada hal-hal yang bisa bergerak, berwarna cerah, dan berbunyi.

Selain wajah dan suara manusia yang berada di sekitarnya, hal yang bisa bergerak dan menarik perhatian bayi adalah hewan.

Ketertarikan bayi pada hewan ini bertambah besar seiring dengan bertambahnya usia, terutama jika orang tua sudah mengenalkan hewan secara langsung.

Buku ini sangat saya rekomendasikan karena selain tokoh-tokohnya berupa hewan yang ada di sekeliling kita kontennya juga sangat bagus karena mengajarkan tentang karakter baik anak muslim.

Misal Pak Huhuhaha (monyet) yang sangat rajin dan tekun, Pak Bere-bere (beruang) yang suka tergesa-gesa.

Selain cerita, di dalam buku ini juga disajikan kutipan hadis dan ayat-ayat Qur'an mengenai karakter yang diceritakan. Mengapa tidak boleh marah, mengapa harus murah senyum, mengapa tidak boleh bisik-bisik dan masih banyak cerita lainnya  yang makin menambah keimanan anak-anak kita.

Senin, 24 Agustus 2020

Review Buku "OCEANIA Dongeng Bawah Laut".


πŸ“š Judul: Oceania Dongeng Bawah Laut
✒️ Penulis: Watik Video & Fitri Kurniawan
πŸ–¨️ Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer
πŸ“† Tahun: 2015
πŸ“– Tebal: 149 Halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutiara

Bercerita tentang 5 Sekawan bawah laut  yaitu Octo gurita, Lulu belut moray, Crox kepiting, Groopsy ikan buntal san Pam ikan badut.

Mereka berpetualang di bawah laut, dari bertemu Riif si ikan hiu kecil sampai paman Giganto ikan paus.

Mengisahkan tentang tenggang rasa, kewaspadaan, menghargai orang lain dan keberadaan. Diselingi fakta sains di akhir kisah, buku ini sangat layak kita baca kepada anak-anak.



Kamis, 20 Agustus 2020

Review Buku " Qiswa Unta Kesayangan Nabi Muhammad"


πŸ“š Judul: Siswa Unta Kesayangan Nabi Muhammad
✒️ Penulis: Ceng Ahmar Syamsi
πŸ–¨️ Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
πŸ“† Tahun: 2017
πŸ“– Tebal: 115
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutuara

Qiswa adalah unta kesayangan Nabi Muhammad.

Lewat cerita ini, penulis mencoba menceritakan bagaimana situasi Rasulullah saat masa kenabian dengan sudut pandang Qiswa.

Dalam buku ini mengisahkan bahwa terhadap hewan pun kita tidak boleh kasar. Persahabatan antara Qiswa dan 3 temannya si kurus, si gemuk dan si malang. 

Layaknya manusia Qiswa dan teman-teman senang bercerita satu sama lain. Sedih, bahagia, kecewa apalagi harus menghadapi apa yang dinamakan dengan hijrah. Qiswa rindu sahabat, rindu kampung halaman namun di sini Unta Qiswa menjalani dengan sabar dan penuh keyakinan.

Pesan yang paling kuat dari buku ini adalah keyakinan bahwa Allah selalu bersama hambaNya. Jangan berputus asa. Sangat cocok untuk anak usia 8 tahun ke atas.



Rabu, 19 Agustus 2020

Review Buku " Bukan Emak Biasa" Refleksi psikologis pengasuhan anak.


πŸ“š Judul: BUKAN EMAK BIASA
✒️ Penulis: FITRI ARIYANTI ABIDIN
πŸ–¨️ Penerbit: PT. KABA MEDIA INTERNUSA
πŸ“† Tahun: 2017
πŸ“– Tebal: 240 HALAMAN
πŸ§•πŸ»Reviewer: SRI MUTIARA

Kecintaan, kerendahan hati, kejujuran dan keinginan berbagi sangat mewarnai buku ini.

Buku yang ditulis dengan penghayatan dan cinta dari seorang ibu.

Peran dan penghayatan yang disertai dengan ilmu psikologi sesuatu dengan latar belakang pendidikan beliau.

Dalam buku ini menyajikan solusi, pendapat yang santun dari berbagai topik yang biasa dijadikan "mom war".

Pendapat beliau yang menjelaskan bahwa antara ibu bekerja dan ibu rumahtangga itu bukanlah stratifikasi tapi diferensiasi semua mempunyai resiko dan konsekuensi.
Dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Bahwa keluarga itu bukan alasan untuk kita sebagai pribadi yang tidak produktif.

Tema-tema yang tak lekang dari kondisi dunia ibu-ibu saya rasa, seperti cinta tak bersyarat, kepaksa dasar pengasuhan anak, dinamika perkembangan anak, menghadapi persoalan anak kontemporer serta berkenalan dengan para partner ibu, siapa sajakah itu? Saya rasa sangat menarik untuk kita ketahui.

Yang sangat berkesan dalam buku ini bagaimana beliau menjelaskan bagaimana menghadapi tingkah polah anak-anak yang sangat komplit. Mulai dari kesedihan, kegembiraan, ketakutan, kesulitan bahkan kelucuan-kelucuan khas anak-anak.

Tak melulu teori yang hanya berakhir sebagai teori saja, namun teori yang benar-benar bermanfaat bagi kehidupan pengasuhan anak-anak.



Sabtu, 15 Agustus 2020

Review Buku "Negara Hukum yang Membahagiakan Rakyatnya"


πŸ“š Judul: Negara Hukum yang Membahagiakan Rakyatnya
✒️ Penulis: Prof. Dr. Satjipto Raharjo
πŸ–¨️ Penerbit: Genta Publishing
πŸ“† Tahun: 2009
πŸ“– Tebal: 118 halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutiara

Saya menulis ini menjelang hari kemerdekaan negara kita INDONESIA. Ada bangga, haru dan sedih berkecamuk dalam jiwa.

Pertanyaan saya dalam diri "Apakah saya telah merdeka?"

"Sampai dimana kemerdekaan negara kita".

Tercenung ketika mendengarkan seorang tokoh yang berbicara bahwa sesungguhnya kemerdekaan pada tahun 1945 bukanlah tujuan dari perjuangan kemerdekaan, namun ia adalah jembatan emas untuk kita jalani bersama.

Secara de facto tahun 1945 Indonesia sudah menjadi negara hukum. Secara normatif memang benar namun, secara subtantif???
Kita masih melakukan perjalanan panjang pada jembatan emas yang bernama kemerdekaan.

Bagaimanapun juga konsep negara hukum bukan otentik dari Indonesia, negara hukum adalah barang impor.
Kita tidak bisa meniru sakplek konsep negara hukum dari bangsa eropa.

Buku ini mengingatkan kita bahwa negara hukum harusnya direkontruksi disesuaikan dengan konteks historis dan sosiologis bangsa Indonesia. Sehingga produk-produk hukum yang dikeluarkan oleh negara bisa membahagiakan rakyatnya bukan malah sebaliknya.

Sabtu, 08 Agustus 2020

Review Buku "Anak Bertanya, Anda Kelabakan"


πŸ“š Judul: ANAK BERTANYA, ANDA KELABAKAN
✒️ Penulis: LAYLA TM
πŸ–¨️ Penerbit: AQWAM
πŸ“† Tahun: 2009
πŸ“– Tebal: 136 HALAMAN
πŸ§•πŸ»Reviewer: SRI MUTIARA

Saya teringat suatu tips dari praktisi parenting, beliau berkata untuk memperkuat bonding ke anak bisa dilakukan 3 hal. Banyak ngobrol bareng, banyak aktivitas bareng dan banyak main bareng.

Ngobrol bareng anak, sepanjang jadi orangtua pasti ada pertanyaan yang membuat membuat dahi mengkerut.

Salah satunya pertanyaan anak saya yang nomer 2 tentang ibadah, mengapa harus shalat, mengapa kita harus percaya kepada nabi Muhammad yang gak pernah ketemu, kenapa shalat subuh 2 rakaat gak 4 atau 3 rakaat, kenapa rakaat gak disamakan saja.

Kenapa, kenapa, kenapa.
Mengapa, mengapa, mengapa.

Satu hal yang patut kita syukuri ketika anak-anak aktif bertanya adalah kita tahu berarti otaknya sedang berpikir.

Buku ini secara konten sangat membantu orangtua menjawab pertanyaan terkait spiritualitas berdasar dalil.

Hanya saja saya gak cocok dengan lay outnya, gak menarik.

Disediakan contoh pertanyaan dan jawaban pada sub "bekal orangtua".

3⭐/5⭐

Selasa, 04 Agustus 2020

Review Buku "Tuntas Kemandirian"

πŸ“š Judul: *Tuntas Kemandirian*
✒️ Penulis: *Ani Christina*
πŸ–¨️ Penerbit: Fillapress
πŸ“† Tahun: 2019
πŸ“– Tebal: 122 halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: *Sri Mutiara*

Apa sih peran orangtua terhadap anak?
Apakah anak-anak selamanya bersama kita?

Tentu tidak.

Lalu bekal apa yang kita beri ke anak untuk menghadapi masa dimana kita sebagai orangtua tidak lagi bersama.

Kemandirian.

Iya kemandirian. Buat saya setelah membaca buku ini, merasakan betapa susahnya punya anak yang tidak mandiri. Dampaknya bisa sistemik.

Kemandirian adalah fondasi karakter. Anak yang mandiri biasanya lebih percaya diri.

Anak yang mandiri selain memberikan kemudahan untuk kita orangtuanya, juga memberikan kemudahan kepada pasangan hidupnya. 

Apa jadinya jika kita hidup bersama anak kecil dengan tubuh dewasa? Pastinya sangat melelahkan.

Anak yang mandiri mampu memilah, memilih dan mengambil keputusan beserta konsekuensinya.

Tentu tidak mudah membuat anak mandiri, tapi bisa.

Dimulai dari bayi, anak-anak, pra baligh dan pasca baligh. Orangtua wajib tahu tahapan perkembangan anak.

Mendidik anak mandiri repot di awal tapi mudah dikemudian hari, namun jika sebagai orangtua memilih melayani anak dan mengabaikan mendidik kemandirian bukannya mudah di awal tapi repot dikemudian hari tapi, akan merepotkan di sepanjang masa.

Yuk, semangat mendidik anak untuk mandiri.

Sabtu, 01 Agustus 2020

Pilah Pilih Ilmu ala Promo Pasar Ibu Profesional


Satu pekan ini saya merasa sangat sibuk. Bagaimana tidak, Foundation 9 Ibu profesional sedang promo di Pasar Ilmu.

Ini adalah dena promonya. Satu pekan yang jujur saja saya sedang pusing. Memaksakan untuk tetap belajar meskipun dengan bergerak sangat pelan.

Niat sejak awal mendaftar foundation saya memang ingin belajar di institutnya.

Karena apa?

Saya masih sangat kurang dikomitmen dan konsistensi.

Saya ingin belajar mengenal diri, kekuatan diri. Baru saya bisa berkontribusi. Baru saya nyaman membersamai belajar anak-anak.

Saya butuh ilmu di institut. Walaupun sudah mencoba menyimak paparan dari komponen lain. Saya seperti memakai kacamata kuda. Institut ibu profesional pilihan saya.






Senin, 27 Juli 2020

Review Buku " Renungan Dahsyat untuk Orangtua" Karya Abah Ihsan


πŸ“š Judul: Renungan Dahsyat untuk Orangtua
✒️ Penulis: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
πŸ–¨️ Penerbit: Khazanah Intelektual
πŸ“† Tahun: cetakan ke tiga 2015
πŸ“– Tebal: 148 halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutiara

Diawali dengan pertanyaan 
yang menggelitik " mengapa kita ingin punya anak?"

Sebagian besar masyarakat, orang yang sudah menikah sangat wajar memiliki anak.

Kembali ke pertanyaan tadi " mengapa kita ingin punya anak?"

Ingat, yang menginginkan anak kita (orangtua), tapi mengapa pula jaman sekarang ini setelah punya anak, mereka tidak diurus?

Dititipkan sana sini, ke kakek-neneknya, ke baby sitter atau ke day care.

Mengapa setelah punya anak, kita (orangtua) justru tidak punya waktu untuk membersamai anak-anak.

Ingat, anak-anak bukan sekedar darah dan daging yang butuh nutrisi saja. Tapi mereka juga punya jiwa yang butuh kasih, sayang dan cinta dari orangtua.

Membaca buku ini, saya benar-benar merenung. Sesuai judulnya yaitu renungan. Bacalah buku ini dengan pelan-pelan dan tolong jangan baper duluan.

Buku ini membahas tema pengasuhan orangtua secara ideal, secara normatif. Jadi, tolong jangan merasa dihakimi, dikotomi atau apalah yang meningkatkan sensitivitas.

Mengapa saya bilang demikian?
Karena dalam buku ini dominan membahas tentang orangtua yang keduanya bekerja sehingga tak punya waktu untuk anak-anaknya.

Seperti buku yang sudah saya review kemarin di http://penarumahsanak.blogspot.com/2020/07/review-buku-8-pilar-ketahanan-keluarga.html
Bahwa pernikahan itu elemen penting dalam ketahanan bangsa. Seharusnya ada lembaga resmi pemerintah yang mengeluarkan izinnya layak SIM (surat izin menikah). Ada tanggung jawab dalam pernikahan, mendidik anak salah satunya.

Membaca buku ini sukses membuat saya merenung, apakah saya sudah menjadi "orangtua betulan"? Atau hanya kebetulan saja jadi orangtua?

Yuuk merenung

Sabtu, 25 Juli 2020

Review Buku "8 Pilar Ketahanan Keluarga" Karya Cahyadi Takariawan


πŸ“š Judul: 8 Pilar Ketahanan Keluarga
✒️ Penulis: Cahyadi Takariawan
πŸ–¨️ Penerbit: Wonderful Publishing
πŸ“† Tahun: 2018
πŸ“– Tebal: 122 halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutiara

Keluarga adalah elemen terkecil dalam sebuah masyarakat. Ketahanan bangsa bisa dilihat dari ketahanan keluarga sebagai garda terdepan pencetak generasi masa depan.

Menurut data BPS pada tahun 2015 angka perceraian di Indonesia adalah 347.256 yang artinya terjadi 40 perceraian setiap jam.

Begitu pentingnya peran keluarga dalam pembangunan masyarakat dan negara, maka penulis berharap dengan adanya buku ini para keluarga di Indonesia lebih kuat. Tak mudah mengalami kerentanan dan kerapuhan.

Melihat fakta menurut data dan realita yang dihadapi saya sangat tertarik untuk membaca buku ini. Mengingat pada masa lampau keluarga inti pernah bercerai dan meninggalkan luka dalam diri. 
Orangtua yang bercerai, saudara yang berpencar, jiwa-jiwa yang kosong karena kurang kasih dan sayang. Membaca judulnya, memacu untuk segera menuntaskan isinya.

Buku ini ilustrasinya hitam putih, maklum saya mendapatkan dengan harga 30.000 namun isinya daging semua. Saya beri bintang 4 dari skala 1 sampe 5.

Bahwa pernikahan tak melulu tentang cinta, rupa yang fotogenik atau yang paling mendasar legitimasi hubungan biologis. Pernikahan mengandung kata yang lebih kompleks bersatu menjadi kata tanggung jawab.

Bahwa pernikahan, laksana kendaraan yang punya tujuan bayangkan jika kendaraan tidak punya tujuan, ia akan kehabisan bensin dan berhenti tanpa tahu ia sedang berada dimana.

Bahwa pernikahan, laksana badan yang bisa saja sakit dan butuh penyembuhan.

Bahwa pernikahan, adalah dasar dari pembangunan negara dan bangsa.

Saking sakralnya pernikahan, perlu mempertimbangkan alasan untuk melakukannya.
Jangan menikah karena suruhan orang,
Jangan menikah karena usia sudah matang,
Jangan menikah hanya karena rupa,
Jangan menikah jika kamu belum mempersiapkannya.

Menikahlah, jika kamu sudah mempersiapkan ilmunya. Putuskan menikah karena ilmu.
ilmu itu menguatkan.

" Pernikahan adalah sarana bukan tujuan, tetapkan tujuanmu dan kau bisa menggunakan sarana apapun". _ Sri Mutiara _




Jumat, 24 Juli 2020

Review Buku "Marah yang Bijak" karya Bunda Wening


πŸ“š Judul: Marah yang Bijak
✒️ Penulis: Bunda Wening ( Trainer, Terapis, Konselor Pengasuhan )
πŸ–¨️ Penerbit: Tinta Medina, Creative Imprint of Tiga Serangkai
πŸ“† Tahun: 2016
πŸ“– Tebal: 101 halaman
πŸ§•πŸ»Reviewer: Sri Mutiara

Perilaku marah rasanya sudah sangat akrab ditelinga kita. Apalagi jika berhubungan dengan interaksi antara anak dan orangtua. Marah merupakan emosi dasar manusia. Semua manusia punya emosi marah, walaupun sekelas Rasulullah sekalipun. Bedanya hanya diimplementasi sikap marah.

Buku " Marah yang Bijak" karya Bunda Wening ini diharapkan membantu para orangtua agar bisa mewujudkan perilaku marah secara elegan bukan tanpa kendali. Bedakan marah dan marah-marah ya hehehehe.

Pertama kali melihat buku ini saya tertarik dengan judulnya. Sebenarnya saya tidak suka marah-marah tapi kejadian marah-marah alias marah tanpa kendali ini seakan membajak nalar.

Bahasa yang digunakan sangat mengalir, penulis seakan berbicara langsung dengan pembaca. Misalnya pada bab ke 2 tentang tujuan marah, pembaca diminta untuk mengisi assasment. 
Jika tidak ketemu antara tujuan dan hasil yang dicapai, mengapa menggunakan cara yang sama untuk menginginkan hasil yang berbeda?

Yang saya pelajari dari buku ini adalah memisahkan antara sikap dan perilaku. Antara beberapa orang mungkin bersikap sama tentang marah. Namun, perilakunya bisa berbeda-beda.
Ada yang perilaku marah dengan mata melotot, membentak dan memukul. Ada pula yang marah dengan cara yang bijak di sini poin dari buku ini.
Penulis memberikan beberapa metode marah dengan bijak salah satunya dengan relaksasi.
Ada beberapa metode dijelaskan oleh penulis dalam buku ini. 

Untuk para ayah bunda yang masih kesulitan dalam mengendalikan marah buku ini layak untuk dibaca.

Rating yang saya berikan adalah bintang 5 untuk buku "Marah yang Bijak" ini dari skala bintang 1 sampai bintang 5





🟒🟒🟒🟒🟒🟒🟒🟒🟒